DAFTAR ISI

Label

PENGERTIAN YADNYA

Kamis, 24 September 2009
Kelahiran Manusia menurut ajaran Agama Hindu adalah merupakan suatu lingkaran dari perjalanan sang atma untuk kembali ke asalnya (parama atma). Dengan lahir kembali ke dunia berarti sang atma akan melakukan kerja(karma) untuk menyucikan diri sehingga dapat bersatu kembali dengan asalnya.

Atma dilahirkan ke dunia ini harus menerima tubuh manusia yang terdiri dari unsur Panca Maha Bhuta (lima unsur pembentuk alam semesta) yaitu pertiwi (unsur padat/tanah), apah (unsur cair/air), teja (unsur panas/api), bayu (unsur gas/udara), dan akhasa (zat ether/ruang hampa). Selain itu manusia juga akan dibekali dengan indria, didalam agama Hindu indria manusia ada sebelas yang disebut dengan eka dasa indria, selain itu manusia juga memiliki alam pikiran yang terliputi oleh tri guna yaitu Sattwam (sifat welas asih), Rajas (sifat keras, pemarah, dan reaktif), dan Tamas (sifat malas).

Karena atma terliputi oleh semua ini maka atma menjadi terliputi oleh awidya atau ketidak sadaran (kegelapan) sehingga tidak ingat lagi akan kehidupannya yang terdahulu. Hal ini menuntut manusia (atman) untuk selalu belajar dan bekerja keras untuk menyucikan sang atma kembali sehingga dapat lepas dari ikatan kelahiran dan kematian.

Walaupun sang atma telah diliputi dengan kegelapan, namun pada dasarnya semua manusia tetap memiliki sifat yang mulia hanya saja Ida Sang Hyang widhi melahirkan setiap manusia pada lingkungan dan waktu yang spesifik sehingga akan menyebabkan perbedaan fisiologi dan morfologi yang dimiliki manusia.

Agama Hindu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berterima kasih dan bersyukur terhadap karunia yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan untuk lahir kembali ke dunia sehingga dapat berkarma untuk meningkatkan diri kembali. Karena sesungguhnya diri kita bagaikan kereta dimana kuda penarik merupakan indria, tali pengekang merupakan pikiran, kusir adalah kecerdasan, kereta adalah badan kasar, dan atma adalah penumpang. Jadi penumpang dapat selamat sampai di tujuan tergantung dari sang kusir mampu mengendalikan sang kuda tentunya untuk mengendalikan kuda diperlukan tali pengekang yang kuat dan kereta yang selalu dirawat dengan baik.

Rasa terima kasih umat hindu ini diwujudkan dalam suatu bentuk pengabdian dengan pengorbanan suci yang disebut dengan yadnya.
Dengan beryadnya maka umat hindu akan memenjaga dan mengarahkan sang kusir untuk selalu ingat akan tujuannya, tidak sembarangan mengendalikan sang kuda, atau malah salah mengarahkan kereta sehingga sang roh tidak akan mencapai tujuannya.
Filsafat mengenai ajaran ini dapat ditemukan didalam kitab Bhagawadgitha.
Didalam bhagawadgitha BAB XVII yadnya banyak dijelaskan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

“Bahwa yadnya itu didasari oleh kepercayaan dari tiap manusia yang telah terliputi oleh sifat-sifat Tri Guna (telah dijelaskan sebelumnya), apa yang dipercayainya maka itulah dia. “

“Orang yang diliputi sifat Sattwika akan menyembah Ida Sanghyang Widi dan manifestasi beliau, orang yang bernafsu (rajas) akan menyembah yakshas dan Raksasa, orang yang Tamas akan menyembah preta (roh) dan para Bhuta. “

“Yadnya yang dilaksanakan sesuai dengan sastra dan tidak mengharapkan buah dari pelaksanaan yadnya dan berpegang teguh kepada kepercayaannya bahwa yadnya itu adalah merupakan kewajiban, maka itu disebut sebagai yadnya sattwika (baik)”

“yadnya yang dilaksanakan dengan mengharapkan hasil atau balasan atas korban yang telah dilakukan, atau hanya untuk memamerkan kepada orang lain, maka yadnya itu disebut sebagai yadnya yang bersifat rajas/nafsu”

“yadnya yang tidak sesuai dengan petunjuk, dan tidak mengandung kepercayaan, maka disebut sebagai yadnya Tamasika atau bodoh”

Demikian beberapa pengertian yadnya yang dapat dituliskan mungkin dilain kesempatan penulis akan menambahkan lagi sumber lain yang menguatkan kembali pengertian dan pelaksanaan yadnya ini.

0 komentar:

Posting Komentar

bali

bali